Psikologi Warna dalam membuat sebuah program
Dalam pembuatan sebuah program aplikasi dengan menggunakan bahasa pemrograman apapun, kita perlu untuk menciptakan konsistensi dalam memberi warna, coba perhatikan website google.com. Identik dengan warna biru, yahoo identik dengan merah, program antivirus norton identik dengan warna kuning (lihat pada gambar disebelah, hanya ada 4 warna, kuning dengan lebel tertinggi diikuti dengan menrah, hitam dan hijau), sedangkan nod32 identik dengan warna biru.
Apakah warna yang identik dengan aplikasi itu merupakan sebuah kebetulan belaka?, tentu saja bukan!. Warna merupakan salah satu alat untuk menunjukkan konsistensi dari sebuah program / web. Dengan warna yang selalu konsisten maka pengguna akan merasa nyaman karena berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya, misalnya saja kita membuka google, awalnya tampil dengan warna biru, kemudian pas kita klik halaman lainnya, ternyata yang muncul adalah halaman dengan warna yang berbeda apa akibatnya? Otak kita akan langsung menunjukkan ketidak tertarikannya, karena dengan kondisi yang baru tentu saja otak harus kembali belajar memahami struktur pola warna yang baru dari halaman tadi.Hal ini juga berlaku dalam pembuatan sebuah program aplikasi, jika saja Norton antivirus itu berwarna-warni, sudah pasti akan membuat lelah psikologi penggunanya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah warna, menurut Hendra Hendratman, S.T. Pakar disain grafis itu lhoo, daripada bermasalah dengan kombinasi warna yang bisa saja menimbulkan clash (ketidak cocokan), lebih aman untuk menggunakan warna yang berdasarkan gelap dan terangnya, misalnya kombinasi biru, bisa saja untuk header digunakan biru terang, sedangkan pada label digunakan biru gelap, klop dengan warna hitam untuk isian.
Gambaran sederhana saja, dari office 97 sampai dengan office 2007, rasanya microsoft word tetap identik iconnya dengan warna biru. Ini merupakan strategi untuk konsistensi dari word sendiri, walaupun setiap tahunnya dilakukan pengembangan terhadap microsoft word, namun para pengguna tetap still yakin (bahkan sebagian tanpa baca buku mengenai word terbaru tersebut) langsung menggunakannya!, kenapa ini bisa terjadi?, ya karena si pengguna telah merasa aman dengan menggunakan aplikasi tersebut. Bukankah alasan utama susahnya berpindah ke Open source adalah karena rasa tidak aman juga?
Selain untuk konsistensi, warna juga bisa kita gunakan sebagai trademark dari kita sendiri, misalnya kita konsisten utuk membuat program dengan warna tertentu, tentu saja untuk suatu produk. Untuk contoh dalam dunia nyata coba ingat-ingat, kira-kira rcti identik dengan warna apa?, simpati identik dengan warna apa?, xl identik dengan warna apa?, mereka semua bermain aman dengan hanya menggunakan kombinasi 2-3 warna dengan 1 warna dominan. Jadi setiap pengembangan program, tetap kita sesuaikan dengan master warna yang telah dibuat sebelumnya, selamat belajar....
yupz. setuju.. :-)
BalasHapus